Peristiwa 10 November di Surabaya
Tugas melucuti senjata tentara jepang di Indonesia
oleh tentara sekutu diserahkan kepada komando
Asia Tenggara ( SEAC ) dibawah pimpinan Lord Louis Mount Batten, kemudian Mount
Batten membentuk suatu komando khusus, yaitu Allied Forces Netharlands East
Indies ( AFNEI ) dibawah pimpinan Sir Phillip Christison. Adapun tugas pokok
yang harus dilakukan atau dilaksanakan oleh afnei
diantaranya :
·
Menerima
penyerahan kekuasaan dari tangan jepang ;
·
Membebaskan para
tawanan perang dan internar sekutu ;
·
Melucuti dan
mengumpulkan orang jepang untuk di pulangkan ;
·
Menegakkan dan
mempertahankan keadaan damai terutama di kota-kota besar ( Jakarta ,
Semarang , Surabaya ,
Medan ) untuk
selanjutnya diserahkan kepada pemerintah sipil ;
·
Menghimpun
keterangan tentang penjahat perang dan menuntut di depan pengadilan sekutu.
Pada tanggal 25 oktober 1945, pasukan afnei dari Brigade 49 mendarat di
tanjung perak, Surabaya yang dipimpin oleh Brigjen A.W.S. Malaby. Kedatangan
pasukan afnei di Surabaya
menumbuhkan kecurigaan bagi pemerintah RI bahwa kedatangan afnei tidak ada pasukan Belanda ( NICA
) yang membonceng mereka dan tugas afnei
di Indonesia hanya melucuti tentara jepang.
Namun, kesepakatan tersebut diingkari oleh pihak afnei. Terbukti pihak afnei melakukan
provokasi yang mengundang kemarahan rakyat Surabaya . Provokasi yang dilakukan afnei bentuknya adalah sebagai berikut
:
v
Pasukan afnei menyerbu penjara kalisosok di Surabaya untuk membebaskan
colonel angkatan laut Belanda yang ditawan pemerintah RI. Penyerbuan ini
dilakukan pada tanggal 26 Oktober 1945.
v
Pada tanggal 27
Oktober 1945 afnei menduduki
tempat – tempat penting, seperti Pelabuhan Tanjung Priok, Kantor Pos, dan
tempat – tempat penting lainnya.
v
Pada tanggal 27
Oktober 1945 Pesawat terbang afnei menyebar
pamphlet yang isinya memerintahkan kepada rakyat Surabaya dan Jawa Timur
umumnya untuk menyerahkan senjata yang dirampas dari jepang.
Provokasi yang dilakukan afnei membuat kepercayaan pemerintah RI di Surabaya menjadi
pudar. Kemudian, pemerintah mulai memerintahkan kepada pemuda dan TKR untuk
bersiaga. Pada tanggal 27 Oktober 1945 mulailah pertempuran antara pasukan Indonesia
melawan afnei. Pertempuran ini
membuat pasukan afnei terancam
hancur. Hal ini dibuktikan dengan terjadinya pertempuran yang sangat heroic di
Surabaya.
Pertempuran
ini merupakan suatu rangkain peristiwa yang dimulai sejak hari kedua pendaratan
Brigade 49/Divisi India
ke – 23. kedatangan mereka di boneng oleh NICA
( Netherlands indies civil administration ) yang
bermaksud mengembalikan penjajahan Belanda atas Indonesia .
Pada tanggal 27 Oktober 1945, tentara
sekutu melakukan penyerangan terhadap penjara republic untuk membebaskan
perwira – perwira sekutu dan pegawai dan pegawai RAPWI ( Relief of alied
prisoners of war and interness ) yang ditawan republic. Rakyat Indonesia
memberi jawaban dengan melakukan serangan balasan pada tanggal 28 oktober 1945
terhadap Pos – Pos pasukan sekutu yang berada diseluruh kota Surabaya dan
pertempuran pun tidak dapat dihindarkan. Dalam pertempuran tersebut, Birgadir
jendral A.W.S. Mallaby hampir tertembak apabila para pemimpin Indonesia tidak segera memerintahkan penghentian
tembak – menembak antara Negara Indonesia
maupun oleh Negara Belanda.
Ditengah situasi yang mencekam jendral
D.C. Hawthorn menghubungi soekarno untuk berunding guna membantu meredakan
serangan pasukan Indonesia .
Soekarno – Hatta dan Amir Syarifuddin tiba di Surabaya tanggal 29 oktober 1945. Perundingan
antara pemerintah RI dan AFNEI mencapai kesepakatan untuk membentuk pantia
penghubung
(
contact committee ) yang bertugas menjernihkan kesalah pahaman dan menyerukan
gencatan senjata.
Hasil keputusan penghentian tembak –
menembak tidak dihormati oleh pihak sekutu sehingga pertempuran rakyat Surabaya dengan pihak
sekutu tidak dapat dihindarkan lagi. Dalam pertempuran tersebut, Brigadir Jendral
A.W.S. Mallaby ditemukan telah dalam keadaan meninggal. Terbunuhnya Mallaby
telah mengundang kemarahan tentara sekutu. Kemudian Mayor Jendral R .C.
Mansergh, Komandan pasukan sekutu di jawa timur, pada tanggal 9 November 1945
mengeluarkan ultimatum yang disebar melalui udara agar tentara dan pemuda Indonesia
menyerah dengan cara menyerahkan senjata dan mengangkat tangan ke atas, batas
waktu ultimatum itu pukul 06.00, tanggal 10 November 1945.
Mereka menjawab dengan pekik merdeka
atas mati, sekali merdeka tetap merdeka. Rakyat Indonesia melakukan perlawanan
dengan gigih terhadap tentara sekutu yang memiliki persenjataan modern.
Ternyata sekutu melakukan pengeboman melalui segala arah baik dari darat, laut,
maupun udara. Pertempuran ini terjadi pada tanggal 10 November 1945. Tampilya
seorang pemuda yang bernama buung Tomo, dengan suara lantang Ia mampu membakar
semangat para pemuda untuk berjuang sampai titik darah penghabisan. Selain itu,
gubernur jawa timur, Suryo begitu besar peranannya dalam mempertahankan kota Surabaya
dari gempuran – gempuran oleh tentara sekutu.
Walaupun inggris dilengkapi dengan
persenjataan yang lengkap, mereka tidak mampu mematahkan semangat juang para
pemuda indonesia
dalam mempertahankan kemerdekaan. Bangsa Indonesia
memiliki suatu kenyakinan yang kuat, yaitu moral ( rasa persatuan, ikhlas,
tanpa pamrih, dan lain – lain ) bangsa Indonesia sebagai pejuang. Kota Surabaya
dapat dipertahankan hampir 3 minggu. Petempuran yang terakhir terjadi pada
tanggal 28 November 1945 di Gunung Sari. Juga, untuk memperingati peristiwa
ini, setiap tanggal 10 November diperingati sebagai Hari Pahlawan.
sekianlah hikmah dari peristiwa ini, terima kasih!!!!"Baiklah, hikmah yang dapat kita ambil dari peristiwa diatas adalah kita harus mempunyai rasa pratiostisme dan nasionalisme dalam mempertahan kan negara dan kita juga harus memiliki rasa kesatuan dan persatuan agar negara kita yang tercinta ini tetap berda dalam kemerdekaan"

Tidak ada komentar:
Posting Komentar