Alam Indonesia yang Indah

Rabu, 05 Oktober 2011

Peristiwa 10 November



 Peristiwa 10 November di Surabaya



Tugas melucuti senjata tentara jepang di Indonesia oleh tentara sekutu diserahkan kepada  komando Asia Tenggara ( SEAC ) dibawah pimpinan Lord Louis Mount Batten, kemudian Mount Batten membentuk suatu komando khusus, yaitu Allied Forces Netharlands East Indies ( AFNEI ) dibawah pimpinan Sir Phillip Christison. Adapun tugas pokok yang harus dilakukan atau dilaksanakan oleh afnei diantaranya :
·        Menerima penyerahan kekuasaan dari tangan jepang ;
·        Membebaskan para tawanan perang dan internar sekutu ;
·        Melucuti dan mengumpulkan orang jepang untuk di pulangkan ;
·        Menegakkan dan mempertahankan keadaan damai terutama di kota-kota besar ( Jakarta, Semarang, Surabaya, Medan ) untuk selanjutnya diserahkan kepada pemerintah sipil ;
·        Menghimpun keterangan tentang penjahat perang dan menuntut di depan pengadilan sekutu.

Pada tanggal 25 oktober 1945, pasukan afnei dari Brigade 49 mendarat di tanjung perak, Surabaya yang dipimpin oleh Brigjen A.W.S. Malaby. Kedatangan pasukan afnei di Surabaya menumbuhkan kecurigaan bagi pemerintah RI bahwa kedatangan afnei tidak ada pasukan Belanda ( NICA ) yang membonceng mereka dan tugas afnei di Indonesia hanya melucuti tentara jepang.

Namun, kesepakatan tersebut diingkari oleh pihak afnei. Terbukti pihak afnei  melakukan provokasi yang mengundang kemarahan rakyat Surabaya. Provokasi yang dilakukan afnei bentuknya adalah sebagai berikut :
v    Pasukan afnei menyerbu penjara kalisosok di Surabaya untuk membebaskan colonel angkatan laut Belanda yang ditawan pemerintah RI. Penyerbuan ini dilakukan pada tanggal 26 Oktober  1945.
v    Pada tanggal 27 Oktober 1945 afnei menduduki tempat – tempat penting, seperti Pelabuhan Tanjung Priok, Kantor Pos, dan tempat – tempat penting lainnya.
v    Pada tanggal 27 Oktober 1945 Pesawat terbang afnei menyebar pamphlet yang isinya memerintahkan kepada rakyat Surabaya dan Jawa Timur umumnya untuk menyerahkan senjata yang dirampas dari jepang.

Provokasi yang dilakukan afnei membuat kepercayaan pemerintah RI di Surabaya menjadi pudar. Kemudian, pemerintah mulai memerintahkan kepada pemuda dan TKR untuk bersiaga. Pada tanggal 27 Oktober 1945 mulailah pertempuran antara pasukan Indonesia melawan afnei. Pertempuran ini membuat pasukan afnei terancam hancur. Hal ini dibuktikan dengan terjadinya pertempuran yang sangat heroic di Surabaya.

Pertempuran ini merupakan suatu rangkain peristiwa yang dimulai sejak hari kedua pendaratan Brigade 49/Divisi India ke – 23. kedatangan mereka di boneng oleh NICA
( Netherlands indies civil administration ) yang bermaksud mengembalikan penjajahan Belanda atas Indonesia.

          Pada tanggal 27 Oktober 1945, tentara sekutu melakukan penyerangan terhadap penjara republic untuk membebaskan perwira – perwira sekutu dan pegawai dan pegawai RAPWI ( Relief of alied prisoners of war and interness ) yang ditawan republic. Rakyat Indonesia memberi jawaban dengan melakukan serangan balasan pada tanggal 28 oktober 1945 terhadap Pos – Pos pasukan sekutu yang berada diseluruh kota Surabaya dan pertempuran pun tidak dapat dihindarkan. Dalam pertempuran tersebut, Birgadir jendral A.W.S. Mallaby hampir tertembak apabila para pemimpin Indonesia tidak segera memerintahkan penghentian tembak – menembak antara Negara Indonesia maupun oleh Negara Belanda.

          Ditengah situasi yang mencekam jendral D.C. Hawthorn menghubungi soekarno untuk berunding guna membantu meredakan serangan pasukan Indonesia. Soekarno – Hatta dan Amir Syarifuddin tiba di Surabaya tanggal 29 oktober 1945. Perundingan antara pemerintah RI dan AFNEI mencapai kesepakatan untuk membentuk pantia penghubung
( contact committee ) yang bertugas menjernihkan kesalah pahaman dan menyerukan gencatan senjata.

          Hasil keputusan penghentian tembak – menembak tidak dihormati oleh pihak sekutu sehingga pertempuran rakyat Surabaya dengan pihak sekutu tidak dapat dihindarkan lagi. Dalam pertempuran tersebut, Brigadir Jendral A.W.S. Mallaby ditemukan telah dalam keadaan meninggal. Terbunuhnya Mallaby telah mengundang kemarahan tentara sekutu. Kemudian Mayor Jendral R .C. Mansergh, Komandan pasukan sekutu di jawa timur, pada tanggal 9 November 1945 mengeluarkan ultimatum yang disebar melalui udara agar tentara dan pemuda Indonesia menyerah dengan cara menyerahkan senjata dan mengangkat tangan ke atas, batas waktu ultimatum itu pukul 06.00, tanggal 10 November 1945.

          Mereka menjawab dengan pekik merdeka atas mati, sekali merdeka tetap merdeka. Rakyat Indonesia melakukan perlawanan dengan gigih terhadap tentara sekutu yang memiliki persenjataan modern. Ternyata sekutu melakukan pengeboman melalui segala arah baik dari darat, laut, maupun udara. Pertempuran ini terjadi pada tanggal 10 November 1945. Tampilya seorang pemuda yang bernama buung Tomo, dengan suara lantang Ia mampu membakar semangat para pemuda untuk berjuang sampai titik darah penghabisan. Selain itu, gubernur jawa timur, Suryo begitu besar peranannya dalam mempertahankan kota Surabaya dari gempuran – gempuran oleh tentara sekutu.

          Walaupun inggris dilengkapi dengan persenjataan yang lengkap, mereka tidak mampu mematahkan semangat juang para pemuda indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan. Bangsa Indonesia memiliki suatu kenyakinan yang kuat, yaitu moral ( rasa persatuan, ikhlas, tanpa pamrih, dan lain – lain ) bangsa Indonesia sebagai pejuang. Kota Surabaya dapat dipertahankan hampir 3 minggu. Petempuran yang terakhir terjadi pada tanggal 28 November 1945 di Gunung Sari. Juga, untuk memperingati peristiwa ini, setiap tanggal 10 November diperingati sebagai Hari Pahlawan.



"Baiklah, hikmah yang dapat kita ambil dari peristiwa diatas adalah kita harus mempunyai rasa pratiostisme dan nasionalisme dalam mempertahan kan negara dan kita juga harus memiliki rasa kesatuan dan persatuan agar negara kita yang tercinta ini tetap berda dalam kemerdekaan"
sekianlah hikmah dari peristiwa ini, terima kasih!!!!



Tidak ada komentar:

Posting Komentar